JAWARA PROPERTY.- Kenaikan harga komoditas dalam beberapa tahun terakhir akan memberikan dampak terhadap sektor properti. Berdasarkan data historis, booming komoditas berpotensi mengerek kenaikan demand dan harga properti.

“Berkaca dari tahun 2013, pendapatan mereka (masyarakat) tidak hanya ditempatkan di perbankan, instrumen keuangan pasar modal, tetapi rata-rata pada waktu itu ditempatkan di properti. Itu mendorong demand di sektor properti naik, kemudian mendorong kenaikan harga,” jelas Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip dalam Webinar “Pengaruh Kenaikan Harga Komoditas 2022 Bagi Sektor Perumahan : Memanfaatkan Momentum, Sekaligus Menjaga Pertumbuhan dan Stabilitas Harga”, Kamis, 14 Juni 2022.

Sunarsip menjelaskan, pada kondisi normal (ekonomi tumbuh dan stabil), booming harga komoditi akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kondisi ini akan meningkatkan demand terhadap properti sehingga mendorong kenaikan harga properti.

“Kita coba memanfaatkan momentum komoditas karena kalau terjadi booming komoditas maka biasanya daerah-daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sektor komoditas maka penduduknya mengalami peningkatan dari sisi pendapatan,” kata Sunarsip

Namun, Sunarsip mengingatkan bahwa tidak semua kalangan diuntungkan dengan fenomena booming komoditas. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya, booming komoditas dapat menghadang peluang mereka untuk membeli rumah karena kenaikan harga rumah.

“Kita ingin booming komoditas bisa dijadikan momentum untuk memperkuat sistem pembiayaan perumahan. Kita tidak ingin efek dari booming komoditas tersebut mendorong lonjakan harga properti yang dapat merugikan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Karena ketika harga properti naik, mereka tidak bisa memiliki peluang untuk membeli properti,” urai Sunarsip.

Menengah Atas atau MBR?

Senada dengan Sunarsip, Direktur Finance Bank BTN Nofry Rony Poetra mengatakan, boom coomodity di Indonesia sempat mencapai puncaknya pada 2012 yang terlihat dari tingginya ekspor minyak dan gas serta beberapa komoditi lainnya. Di sisi lain, harga rumah mulai mengalami kenaikan pertumbuhan sejak 2013 sebagai cerminan tingginya permintaan.

“Korelasi secara singkat yang bisa kita lihat adalah harga komoditi naik, kemudian sektor properti mana yang lebih terkenda dampaknya? Apakah sektor properti menengah ke atas atau MBR. Ternyata dua-duanya ada dampak. Kalau harga rumah di tipe 70 ke atas pertumbuhannya stabil. Tipe 36 dan 45 kurang lebih sama,” ucap Nofry.

Indonesia merupakan negara penghasil sumber daya alam. Kenaikan harga komoditi pangan dan energi dalam jangka pendek akan berdampak positif pada neraca perdagangan nasional. Namun, kondisi ini perlu pengelolaan yang baik agar dampak ekonominya bisa terasa untuk jangka panjang.

“Kita harapkan boom commodity ini tidak cuma berdampak ke sumber daya alam, tapi juga harus tetap bisa mendorong pertumbuhan sektor manufaktur,” ucap Nofry.

0 Komentar